Pages

Friday, September 05, 2008

Adab Membaca Al Quran



Adab Membaca Al Quran

Al Qura'an sebagai Kitab Suci, Wahyu Ilahi,

mempunyai adab-adab tersendiri bagi orang-

orang yang membacanya. Adab-adab itu sudah

diatur dengan sangat baik, untuk

penghormatan dan keagungan Al Quran; tiap-

tiap orang harus berpedoman kepadanya dan

mengerjakannya.

Imam Al Ghazali di dalam kitabnya Ihya

Ulumuddin telah memperinci dengan sejelas-

jelasnya bagaimana hendaknya adab-adab

membaca Al Qur'an menjadi adab yang mengenal

batin, dan adab yang mengenal lahir. Adab

yang mengenal batin itu, diperinci lagi

menjadi arti memahami asal kalimat, cara

hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan

hati dikala membaca sampai ke tingkat

memperluas, memperhalus perasaan dan

membersihkan jiwa. Dengan demikian,

kandungan Al Quran yang dibaca dengan

perantaraan lidah, dapat bersemi dalam jiwa

dan meresap ke dalam hati sanubarinya.

Kesemuanya ini adalah adab yang berhubungan

dengan batin, yaitu dengan hati dan jiwa.

Sebagai contoh, Imam Al Gazhali menjelaskan,

bagaimana cara hati membesarkan kalimat

Allah, yaitu bagi pembaca Al Qur'an ketika

ia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus

menghadirkan dalam hatinya, betapa kebesaran

Allah yang mempunyai kalimat-kalimat itu.

Dia harus yakin dalam hatinya, bahwa yang

dibacanya itu bukanlah kalam manusia, tetapi

adalah kalam Allah Azza wa Jalla.

Membesarkan kalam Allah itu, bukan saja

dalam membacanya, tetapi juga dalam menjaga

tulisan-tulisan Al Quran itu sendiri.

Sebagaimana yang diriwayatkan, 'Ikrimah bin

Abi Jahl, sangat gusar hatinya bila melihat

lembaran-lembaran yang bertuliskan Al Quran

berserak-serak seolah-olah tersia-sia, lalu

ia memungutnya selembar demi selembar,

sambil berkata:"Ini adalah kalam Tuhanku!

Ini adalah kalam Tuhanku, membesarkan kalam

Allah berarti membesarkan Allah."

Adapun mengenai adab lahir dalam membaca Al

Quran, selain didapati di dalam kitab Ihya

Ulumuddin, juga banyak terdapat di dalam

kitab-kitab lainnya. Misalnya dalam kitab Al

Itqan oleh Al Imam Jalaludin As Suyuthu,

tantang adab membaca Al Quran itu

diperincinya sampai menjadi beberapa bagian.

Di antara adab-adab membaca Al Quran, yang

terpenting ialah:

1. Disunatkan membaca Al Quran sesudah

berwudhu, dalam keadaan bersih, sebab yang

dibaca adalah wahyu Allah.

2. Mengambil Al Quran hendaknya dengan

tangan kanan; sebaiknya memegangnya dengan

kedua belah tangan.

3. Disunatkan membaca Al Quran di tempat

yang bersih, seperti di rumah, di surau, di

mushalla dan di tempat-tempat lain yang

dianggap bersih. Tapi yang paling utama

ialah di mesjid.

4. Disunatkan membaca Al Quran menghadap ke

Qiblat, membacanya dengan khusyu' dan

tenang; sebaiknya dengan berpakaian yang

pantas.

5. Ketika membaca Al Quran, mulut hendaknya

bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya

sebelum membaca Al Quran mulut dan gigi

dibersihkan terlebih dahulu.

6. Sebelum membaca Al Quran disunatkan

membaca ta'awwudz, yang berbunyi:

a'udzubillahi minasy syaithanirrajim.

Sesudah itu barulah dibaca

Bismillahirrahmanir rahim. Maksudnya,

diminta lebih dahulu perlindungan Allah,

supaya terjauh pengaruh tipu daya syaitan,

sehingga hati dan fikiran tetap tenang di

waktu membaca Al quran, dijauhi dari

gangguan. Biasa juga orang yang sebelum atau

sesudah membaca ta'awwudz itu, berdoa dengan

maksud memohon kepada Alah supaya hatinya

menjadi terang. Doa itu berbunyi sebagai

berikut.

"Ya Allah bukakanlah kiranya kepada kami

hikmat-Mu, dan taburkanlah kepada kami

rahmat dan khazanah-Mu, ya Allah Yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang."

7. Disunatkan membaca Al Quran dengan

tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan

dan tenang, sesuai dengan firman Allah dalam

surat (73) Al Muzammil ayat 4:

".... Dan bacalah Al Quran itu dengan

tartil".

Membaca dengan tartil itu lebih banyak

memberi bekas dan mempengaruhi jiwa, serta

serta lebihmendatangkan ketenangan batin dan

rasa hormat kepada Al Quran.

Telah berkata Ibnu Abbas r. a.:" Aku lebih

suka membaca surat Al Baqarah dan Ali Imran

dengan tartil, daripada kubaca seluruh Al

Quran dengan cara terburu-buru dan cepat-

cepat."

8. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan

maksud ayat-ayat Al Quran, disunatkan

membacanya dengan penuh perhatian dan

pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya

itu dan maksudnya. Cara pembacaan seperti

inilah yang dikehendaki, yaitu lidahnya

bergerak membaca, hatinya turut

memperhatikan dan memikirkan arti dan maksud

yang terkandung dalam ayat-ayat yang

dibacanya. Dengan demikian, ia akan sampai

kepada hakikat yang sebenarnya, yaitu

membaca Al Quran serta mendalami isi yang

terkandung di dalamnya. Hal itu akan

mendorongnya untuk mengamalkan isi Al Quran

itu. Firman Allah dalam surat (4) An Nisaa

ayat
82 berbunyi sebagai berikut:

"Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) Al

Quran?..."

Bila membaca Al Quran yang selalu disertai

perhatian dan pemikiran arti dan maksudnya,

maka dapat ditentukan ketentuan-ketentuan

terhadap ayat-ayat yang dibacanya.

Umpamanya: Bila bacaan sampai kepada ayat

tasbih, maka dibacanya tasbih dan tahmid;

Bila sampai pada ayat Doa dan Istighfar,

lalu berdoa dan minta ampun; bila sampai

pada ayat azab, lalau meminta perlindungan

kepada Allah; bila sampai kepada ayat

rahmat, llau meminta dan memohon rahmat dan

begitu seterusnya. Caranya, boleh diucapkan

dengan lisan atau cukup dalam hati saja.

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dari

Ibnu Abbas yang maksudnya sebagai berikut:

"Sesungguhnya Rasulullah s. a. w. apabila

membaca: "sabbihissma rabbikal a'la beliau

lalu membaca subhanarobbiyal a'la .

Diriwayatkan pula oleh Abu Daud, dan Wa-il

binHijr yang maksudnya sebagai berikut:" Aku

dengan Rasulullah membaca surat Al Fatihah ,

maka Rasulullah sesudah membaca walad

dholliin lalu membaca aamin . Demikian juga

disunatkan sujud, bila membaca ayat-ayat

sajadah, dan sujud itu dinamakan sujud

tilawah.

Ayat-ayat sajadah itu terdapat pada 15

tempat yaitu:

dalam surat Al-A'raaf ayat 206

dalam surat Ar-ra'd ayat 15

dalam surat An-Nahl ayat 50

dalam surat Bani Israil ayat 109

dalam surat Maryam ayat 58

dalam surat Al-Haji ayat 18 dan ayat 77

dalam surat Al Furqaan ayat 60

dalam surat Annaml ayat 26

dalam surat As-Sajdah ayat 15

dalam surat As-Shad ayat 24

dalam surat Haamim ayat 38

dalam surat An-Najm ayat 62

dalam surat Al-Insyiqaq ayat 21,

dan dalam surat Al-'Alaq ayat 19

9. Dalam membaca Al Quran itu, hendaknya

benar-benar diresapkan arti dan maksudnya,

lebih-lebih apabila smapai pada ayat-ayat

yang menggambarkan nasib orang-orang yang

berdosa, dan bagaimana hebatnya siksaan yang

disediakan bagi mereka. Sehubungan dengan

itu, menurut riwayat, para sahabat banyak

yang mencucurkan air matanya di kala membaca

dan mendengar ayat-ayat suci Al Quran yang

menggambarkan betapa nasib yang akan

diderita oleh orang-orang yang berdosa.

10. Disunatkan membaca Al Quran dengan suara

yang bagus lagi merdu, sebab suara yang

bagus dan merdu itu menambah keindahan

islubnya Al Quran. Rasulullah s. a. w. telah

bersabda:

"Kamu hiasilah Al Quran itu dengan suaramu

yang merdu"

Diriwayatkan, bahwa pada suatu malam

Rasulullah s. a. w. menunggu-nunggu

istrinya, Sitti 'Aisyah r. a. yang kebetulan

agak terlambat datangnya. Setelah ia datang,

Rasulullah bertanya kepadanya:" Bagaimanakah

keadaanmu?" Aisyah menjawab :"Aku terlambat

datang, karena mendengarkan bacaan Al Quran

seseorang yang sangat bagus lagimerdu

suaranya. Belum pernah akumendengarkan suara

sebagus itu." Maka Rasulullah terus berdiri

dan pergi mendengarkan bacaan Al Quran yang

dikatakan Aisyah itu. rasulullah kembali dan

mengatakan kepada Aisyah:" Orang itu adalah

Salim, budak sahaya Abi Huzaifah. Puji-

pujian bagi Allah yang telah menjadikan

orang yang suaranya merdu seperti Salim itu

sebagai ummatku."

Oleh sebab itu, melagukan Al Quran dengan

suara yang bagus, adalah disunatkan, asalkan

tidak melanggar ketentuan-ketentuan dan tata

cara membaca sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam ilmu qiraat dan tajwid,

seperti menjaga madnya, harakatnya
(barisnya) idghamnya dan lain-lainnya. Di

dalam kitab zawaidur raudhah, diterangkan

bahwa melagukan Al Quran dengan cara

bermain-main serta melanggar ketentuan-

ketentuan seperti tersebut di atas itu,

haramlah hukumnya; orang yang membacanya

dianggap fasiq, juga orang yang

mendengarkannya turut berdosa.

11. Sedapat-dapatnya membaca Al Quran

janganlah diputuskan hanya karena hendak

berbicara dengan orang lain. Hendaknya

pembacaan diteruskan sampai ke batas yang

telah ditentukan, barulah disudahi. Juga

dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan

lain-lain yang semacam itu, ketika sedang

membaca Al Quran. Sebab pekerjaan yang

seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu

membaca Kitab Suci dan berarti tidak

menghormati kesuciannya.

Itulah diantara adab-adab yang terpenting

yang harus dijaga dan diperhatikan, sehingga

dengan demikian kesucian Al Quran dapat

terpelihara menurut arti yang sebenarnya.

No comments: